Sebuah tim ilmuwan internasional mengidentifikasi DNA dari tanah di gua Georgia. Berkat ini, para peneliti berhasil memulihkan genom manusia berusia 25 ribu tahun, tanpa sisa-sisa kerangka.

Gua Satsurblia di Georgia barat dihuni oleh orang-orang di berbagai periode Paleolitik. Namun, sisa-sisa hanya satu individu manusia, yang berasal dari 15 ribu tahun, ditemukan di dalamnya. Tidak ada tulang manusia yang ditemukan di lapisan lain gua.
Sebuah tim ilmuwan internasional yang dipimpin oleh Profesor Ron Pinhazy, Pere Gelabert dan Suzanne Sawyer dari Universitas Wina (Austria), serta rekan mereka dari Institut Francis Crick (Inggris), menggunakan metode inovatif yang memungkinkan untuk mengidentifikasi DNA dari sampel lingkungan dan mengembalikan genom manusia dari lapisan gua Satsurblia sejak 25 ribu tahun yang lalu.
DNA purba telah diekstraksi dari tanah, tetapi dalam kasus yang dijelaskan, para peneliti tidak hanya dapat memperoleh genom penghuni gua purba, tetapi juga untuk membangun lingkungan di mana dia tinggal. Individu ini juga telah terbukti berkontribusi pada populasi Eurasia Barat modern. Karya itu diterbitkan dalam jurnal Current Biology.
Untuk mengkonfirmasi hasil, para peneliti membandingkan genom yang dipulihkan dengan urutan genetik dari sisa-sisa tulang Gua Dzudzuana di dekatnya, memberikan bukti pasti tentang kesamaan genetik. Fakta ini, menurut para ilmuwan, menegaskan keandalan hasil dan mengecualikan kemungkinan kontaminasi modern sampel.
Para peneliti juga berhasil memulihkan genom serigala, yang bisa disebut dasar untuk serigala dan anjing Eurasia yang ada. Dia adalah perwakilan yang sebelumnya tidak diketahui dari hewan-hewan ini, mungkin milik populasi Kaukasia yang punah.
Genom bison juga telah direkonstruksi - juga dasar untuk populasi modern. Ke depan, tim bermaksud mempelajari detail interaksi antara fauna yang punah dengan manusia yang tinggal di dalam gua, serta mempelajari dampak perubahan iklim terhadap populasi mamalia.